sumber
1.
Pencegahan
karies gigi
a.
Kontrol plak
Menurut
Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010), usaha - usaha yang dapat dilakukan
untuk mencegah dan mengontrol pembentukan plak gigi meliputi:
1)
Mengatur pola makan
Menurut
Tarigan (2014), tindakan pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah
pembentukan plak, adalah dengan membatasi makanan yang banyak mengandung
karbohidrat merupakan bahan utama dalam pembentukan matriks plak, selain
sebagai sumber energi untuk bakteri dan plak.
Menurut
Tarigan (2014), konsumsi karbohidrat yang tinggi merupakan faktor penting untuk
terjadinya karies. Diet pengganti diperlukan untuk mengurangi asupan
karbohidrat. Makanan bersukrosa memiliki dua efek yang sangat merugikan.
Pertama, seringnya asupan makanan yang mengandung sukrosa sangat berpotensi
menimbuklan kolonialisasi Streptococcus
mutans, meningkatkan potensi karies dan plak. Kedua, plak lama yang sering
terkena sukrosa dengan cepat termetabolisme menjadi asam organik, menimbulkan
penurunan pH plak yang drastis.
Menurut
Kidd dan Bechal (1992), makanan dan munuman manis yang dikonsumsi diantara
waktu makan sangat berbahaya dan harus dihindari oleh pasien yang rentan
terhadap karies. Menghentikan kudapan dan minuman sebelum tidur sangat penting,
karena produksi saliva tidak ada pada waktu tidur dan pH plak akan tetap rendah
selama beberapa jam.
2)
Tindakan secara kimiawi
a)
Antibiotik
Menurut
Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010), larutan tetrasiklin 0,25% dapat
mencegah terbentuknya plak dengan cara menekan pertumbuhan flora oral sehingga dengan demikian mencegah mikroorganisme
merkolonisasi di atas permukaan gigi.
b)
Senyawa-senyawa
antibakteri
Klorheksidin
dapat mencegah pembentukan plak, bahkan juga dapat menghilangkan plak yang
telah terbentuk. Penggunaan zat tersebut secara berulang-ulang menghasilkan
penetrasi zat tersebut keseluruh lapisan plak, membunuh semua bakteri dalam
plak, dan menghasilkan poliferasi organisme baru sehingga plak tersebut dapat dilarutkan
oleh saliva.
3)
Tindakan secara mekanis
a)
Menyikat gigi
Meyikat gigi adalah
cara umum dianjurkan untuk membersihkan berbagai kotoran yang melekat pada
permukaan gigi dan gusi. Menyikat gigi merupakan tindakan preventif dalam
menuju kebersihan rongga mulut yang optimal. Menurut Tarigan (2004), kontrol
plak dengan menyikat gigi sangat penting sebelum menyarankan tindakan lain ke pasien.
Untuk membersihkan rongga mulut dengan optimal hal-hal yang haru diperhatikan
adalah: pemilihan sikat gigi yang baik serta penggunaannya, cara menyikat gigi
yang baik frekuensi dan lamanya penyikatan, serta penggunaan pasta gigi
mengandung fluor.
b.
Fissure
sealant
Menurut
Mulani dan Enterprise (2005), pit dan
fissure adalah titik dan ceruk -
ceruk yang secara ilmiah ada pada gigi molar.
Pit dan fissure ini kadang celah yang sangat sempit, sehingga makanan atau
plak bisa masuk, namun sult dibersihkan dengan sikat gigi. Menurut Tarigan
(2014), penggunan sealant pada fissure, pit serta pada permukaan email
yang cacat dapat mencegah pembentukan plak pada daerah yang sangat sensitif
ini, yang dapat mendorong timbulnya karies. Penutup fissure direkomendasikan untuk semua kelompok usia yang memiliki
risiko karies yang tinggi, dan terutama jika kemampuan individu untuk
mengontrol penyebab karies menurun. Indikasi menggunakan sealant adalah:
1)
Mencegah karies pada
gigi yang baru berlubang
2)
Menahan pertumbuhan
karies
3)
Mencegah pembentukan
bakteri odontopatogenik pada gigi retak yang ditambal
4)
Mencegah infeksi di
tempat lainnya
c.
Fluor
Menurut
Tarigan (2014), penggunan fluor merupakan metode yang paling efetif untuk
mencegah timbul dan berkembangnya karies gigi. Adapun usaha - usaha yang
dilakukan antara lain adalah meningkatkan kandungan fluor dalam diet,
menggunakan fluor dalam air minum, pengaplikasian secara langsung pada
permukaan gigi, atau ditambahkan pada pasta gigi. Penambahan fluor dalam air
dapat menambah konsentrasi ion fluor dalam struktur apatit gigi yang yang belum
erupsi. Struktur apatit gigi akan lebih tahan pada lingkungan asam dan
meningkatkan potensi terjadinya remineralisasi.
Aplikasi topical sangat bermanfaat
pada gigi yang baru erupsi karena dapat meningkatkan konsentrasi ion fluor pada
permukaan gigi dan plak. Hal ini dapat segera menghambat terjadinya
demineralisasi pada permukaan gigi. Fluor bekerja dengan dengan tiga cara
yaitu:
1)
Fluor dapat menghambat
perkembangan karies dengan menghambat proses demineralisasi
2)
Fluor meningkatkan
ketahan email terhadap asam dan meningkatkan proses remineralisasi, bereaksi
dengan hidroksi apatit membentuk fluor apatit.
3)
Kadar fluor yang tinggi
dapat menghambat metabolisme bakteri.
2.
Perawatan
karies gigi
Menurut
Afrilina dan Gracina (2007), tindakan awal untuk perawatan karies gigi, lubang
kecil pada gigi sebaiknya sgera ditambal, prosesnya akan bertambah dan besarnya
lubang pada gigi akan terus berlangsung. Lubang tersebut tidak dapat menutup
sendiri secara alamiah, tetapi perlu dilakukan penambalan oleh dokter gigi.
Menurut
Massler (2007), gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan dengan
pemberian obat - obatan. Gigi tersebut hanya dapat diobati dan dikembangkan
kefungsi pengunyahan semula dengan melakukan pengeboran atau bagian gigi yang
pecah hanya dapat dikembalikan bentuknya dengan cara penambalan. Gigi yang
terkena infeksi sebiknya dibor atau dibuang sehingga dapat meniadakan
kemungkinan infeksi ulang, setelah itu baru diadakan penambalan, untuk
megembalikan ke bentuk semula dari gigi tersebut sehingga di dalam pengunyahan
dapat berfungsi kembali dengan baik.
3.
Akibat
karies gigi
Menurut
Lindawati (2014), karies dapat menyebabkan rasa sakit yang berdampak pada
gangguan pengunyahan sehingga asupan nutrisi akan berkurang, sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Karies gigi yang tidak dirawat
selain terasa sakit, lama-kelamaan juga dapat menimbulkan bengkak akibat
terbentuknya nanah yang berasal dari gigi tersebut. Keadaan ini selain
mengganggu fungsi pengunyahan dan penampilan, fungsi bicara juga ikut
terganggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar